20.9.12

MBU Marah dirindu


Akhir2 ini sering denger MBU apapun namanya, the CS.. paling inget ma lirik ‘terkadang ia juga suka marah-marah‘.

Pikiranku langsung menerawang jauh ke belakang. Sepertinya sudah lama sekali tidak dimarah oleh sosok seorang wanita yg telah mempertaruhkan nyawanya agar ku dapat lahir ke dunia, merawat dan membesarkanku. Mungkin terakhir itu saat aku SD, ya saat belum baligh. Cerewetnya minta ampun dah kl sudah marah (tapi tidak pernah ada kata-kata tidak baik atau warga kebun binatang yang keluar dari mulutnya), kadang sapu juga suka melayang walau lemparannya selalu meleset, bukan karena aku lincah menghindar tapi memang lemparannya yang hanya besar di gaya.

Yang paling sadis itu saat ku diusir karena bermain sampai maghrib yg pada masa itu cukup pantang kl maghrib2 di luar rumah. Sampe dibilang kl ku jangan balik lg ke rumah. Ya walau ujung2nya dia sibuk sendiri mencari diriku yang melenting ke rumah bibi yang selisih 5 rumah yang benar2 tak mau pulang pd malam itu, hati seorang anak kelas 5 SD tersakiti sampai dg jam 11 malam yg minta pulang ke rumah wanita yg telah mengusirnya. Wajarlah ya magnet antara anak-ibu, terus bekerja tanpa pembatas.

Sejak SMP rasanya sudah tak pernah lagi kena marah. Sekarang, rindu sekali mendengar ocehannya. Memang dasarnya ia bukan orang yang cerewet, tapi jika sudah marah, wow keluar dah. Bukan karena diri ini anak baik hingga tak pernah lg dimarah. Mungkin karena jarak yang membuatnya tak mampu marah di bawah kerinduan. sebenarnya dia tidak tahu saja kl anaknya masih suka main meski. Dia juga tidak tahu kl aku jarang makan, sering jajan dan hal-hal lain yang tentu akan membuatnya marah jika hal-hal tersebut dilakukan di rumah. "Makan ktk sdh jamnya makan dan makanan sdh terhidang, main itu sebentar saja, jajan itu jangan sering2, bla bla bla...". saat itu yang dia tahu ketika pulang raportku bagus, ada saja oleh2 prestasi yang kubawa meski sekedar kisah. Kemudian dengan bangganya dia akan bercerita ke tetangganya jika anaknya ini juara kelas, tak ada lagi teriakan-teriakan marah yg didengar tetangga utk memanggil anak sulungnya ini. tak ada lagi marah itu..

Kuliah kemudian bekerja, semakin tak mendengar suaranya..

Tidak apa-apa jika kau mau marah, tumpahkan saja. Aku ridho dan ikhlas. Layaknya kau memarahiku ketika aku kecil dulu. Aku sangat takut jika ternyata kau marah tapi hanya memendamnya, aku takut Allah akan murka padaku, ibu..



"Melihat paras nan teduh
Suara sejuknya
Tegarkan diriku
Betapa suka jiwa nanda
Ceria hatiku bersamanya

Mencium Aroma Lezat
Terbayang masakan tercipta nikmat
Betapa suka jiwa nanda
Ceria hatiku bersamanya...

Bersama seorang wanita
Yang telah melahirkan nanda
Bersama seorang mama, bunda, ummi apapun namanya

Bersyukur kepada Allah
Bibir ini mengucap Hamdallah
Cintanya, kasihnya, semuanya
Dia beri dengan tulus

Walaupun terkadang Ummi alpa
Kadang dia juga suka marah-marah
Tapi ummi tetap yang terbaik bagi nanda
Selamanya...."



::Aku tak akan runtuh::

No comments:

Post a Comment

::Aku tak akan runtuh::